Assassin’s Creed Valhalla
Developer : Ubisoft Montreal
Platform : Windows, PS4, xbox
Tahun rilis : 2020
Genre : Action RPG ( Role Playing Game )
Alur Cerita
Seperti di seri masa lalu, cerita Assassin’s Creed Valhalla berpusat pada dua karakter yang saling terhubung satu sama lain. Di era modern adalah Layla Hassan yang terus mencari solusi terkait masalah gelombang elektromagnetik bumi yang berpotensi menghasilkan kiamat kecil yang baru. Kembali menggunakan Animus, kali ini ia akan menjelajahi hidup seorang pejuang Viking bernama Eivor yang diyakini, memiliki kunci solusi untuknya. Eivor sendiri adalah seorang pejuang Viking yang diangkat anak oleh Styrbjorn – salah satu raja klan di Norwegia yang juga memiliki anak laki-laki lain, Sigurd. Kecewa dengan keputusan sang ayah yang memutuskan untuk menyerah pada raja baru atas nama damai alih-alih berperang, Sigurd pun mengajak Eivor untuk memulai kerajaan mereka sendiri di Inggris
Desain Visual yang kurang Megah
Assassin Creed Valhalla mengambil setting waktu yang cukup jauh Karenanya, dari sisi presentasi visual, Valhalla memang terlihat jauh lebih hambar dan kelam dibandingkan dengan seri Origin dan Odyssey sebelumnya. Salah satu alasan kuat datang dari kondisi Inggris di masa itu, yang memang miskin arsitektur yang sebegitu menawannya untuk dipuja-puji. Di Origins, Anda masih menemukan piramida dengan padang pasir berwarna terang yang menemani. Di Odyssey, Anda dibanjiri stimulus visual dengan patung-patung besar, kuil megah, dan kota berlapiskan batu-batu marmer di semua sudut. Hal-hal ini tidak akan Anda temukan di Valhalla. Sebagian besar wilayah yang Anda temui akan berakhir menjadi desa-desa kecil yang hidup mengandalkan sungai Thames untuk menyambung hidup.
Mekanisme Gampelay yang Baru
Di Valhalla, mereka menawarkan dua buah opsi berbeda untuk mengembalikan sistem one-hit kill untuk untuk aksi Assassination. Pertama, dari menu Option. Anda bisa langsung menghidupkan aksi one-hit kill ini sejak awal, namun diwanti-wanti oleh Ubisoft akan berakhir mengacaukan pengalaman bermain yang ingin mereka sajikan. Kedua? Ia muncul sebagai salah satu bagian dari sistem skill yang harus Anda aktifkan lebih dulu. Begitu sudah Anda ambil, Anda akan diberikan sejenis skill-check berbasis timing yang jika dieksekusi dengan timing tepat, akan membuat Anda menghabisi sang target dengan satu kali serang. Gagal? Maka ia akan berakhir dengan damage kecil, yang tentu saja, membuat posisi Anda ikut terbongkar.
Gameplay yang Kompleks
Valhalla terasa terlalu berusaha keras untuk melakukan begitu banyak hal terkait Viking sekaligus di satu game yang sama. Anda tidak hanya harus “membereskan” Inggris saja, Anda juga akan diberikan setidaknya ekstra tiga lokasi berbeda yang masing-masing datang sebagai wilayah open-world mereka sendiri-sendiri, walaupun hadir dalam skala yang lebih kecil. Ini berarti, mereka datang dengan ruang besar untuk dieksplorasi, reward resource jika Anda rajin, konten ekstra misi, hingga wilayah super tinggi atas nama sinkronisasi.
Kesimpulan
Assassin’s Creed Valhalla adalah seri yang berhasil melanjutkan keberhasilan perubahan formula signifikan menjadi game action RPG yang sempat dipicu oleh dua seri sebelumnya. Ia datang sebagai game RPG yang solid lewat kekuatan cerita dan karakter, serta lewat sistem opsi percakapan dan aksi yang akan memberikan outcome terbatas yang berbeda. Dengan sistem settlement yang kini tumbuh menjadi mekanik baru, yang juga diisi dengan karakter-karakter pendamping yang menarik, ada rasa apresiasi lebih melihat bagaimana ia juga mengintegrasikan konsep seperti agama dan mitologi di dalam cerita.